Sabtu masih prematur bagi beberapa
Pegawai Negeri Sipil. Berbekal google map
aku meyakinkan istriku. Meskipun aku sendiri belum yakin seratus persen.
Setidaknya aku pernah melewati sebagian jalan menuju tempat yang dimaksud. Tak
sampai ujung. Paling tidak mendekati.
Niat membayar hutang. Menjelang
puasa. Di penghujung bulan Sya’ban. Biar tuntas segala beban. Dulu, aku pernah
berjanji akan mengajak istriku ke beberapa tempat. Tak melulu tempat mahal. Mestinya
dia bisa mengukur kedalaman saku suaminya. Malangnya, tempat yang murah pun
sering terlewat. Untungnya dia tidak banyak protes. Tapi entahah, bisa jadi
disimpan di kedalaman hatinya. ^-^
Kami berangkat ketika matahari
menebar harapan. Berangkat dari rumah kami di Pulo Jahe, Pulogadung. Baru dua
puluh menit, perjalanan kami dihentikan paku yang menancap ban belakang sepeda
motor. Benar-benar paku yang punya “keisengan” luar biasa. Ia telah lancang. Berada
di tempat tak semestinya. Menembus dua lubang sekaligus. Tak jauh dari kejadian
tukang tambal ban berdiri seperti nabi yang ditunggu-tunggu pertolongannya. Sekira
lima belas menit kemudian kami melanjutkan perjalanan. Melewati pasar Pramuka -
Senen - Gunung Sahari kemudian belok kiri melewati jalan Pangeran Jayakarta. Sesekali tersendat
di Teluk Gong, macet di Kapuk, kemudian terus mengikuti arah papan bertuliskan
Taman Wisata Mangrove - Angke.
Sejauh dua atau tiga kilometer
sebelum gerbang utama. Setelah tikungan penanda. Gapura-gapura mewah padang
golf menyambut. Aku melirik papan nama lapangan golf yang ditawarkan Feni Rose dalam
sebuah program investasi, salah satu stasiun televisi swasta yang menggeser
kebahagiaan anak kecil di hari minggu. Papan nama berdarah yang menjungkalkan
Dodit Mulyanto. Komika yang identik dengan Biola di tangannya. Berderet papan-papan
iklan berisi angka-angka menggiurkan para marketer. Diskon harga. “Hanya”
sekian puluh juta. Tak lupa diekor kalimat disematkan tanda bintang kecil (*).
Mengikuti keterangan di bawahnya. Syarat dan ketentuan berlaku.
Melewati padang golf. Sepanjang jalan. Kanan -
kiri ditanami gedung - gedung bertingkat. Atap berupa kubah. Khas gaya klasik
Spanyol. Kubah karya megah Michael Angelo. Lampu-lampu led berjalan membentuk
kalimat berjalan. Papan-papan nama bertuliskan bahasa asing. China, Korea,
Jepang, Thailand, juga tak luput dalam bahasa Inggris. Tempat tongkorongan
pangeran, cukong, bisnisman, orang tajir, penjahat dan pejabat. Eh... Yang
terakhir abaikan saja.
Di tikungan terakhir. Berdiri Agung.
Megah nan mewah. Berbaju keramik warna abu-abu metalik. Bagunan itu mirip
gedung parlemen atau sebenarnya lebih mirip dengan gedung-gedung yang sering terlihat dalam film Jepang atau
drama Korea. Gedung agung itu merupakan komplek gedung pendidikan Yayasan Budha
Tzuchi.
Gapura penjualan tiket Taman Wisata
Alam (TWA) tak begitu mencolok. Hampir tertutup rimbun dedaunan. (Aku tak
berhasil mengabadikan dengan kamera karena terhalang oleh cahaya Matahari). Kontur tanah yang agak
menurun menjadikan tempat itu tak begitu menonjol. Bukan tempat yang bisa
menimbulkan daya pikat, jika hanya sembari lewat. Kalah telak dengan bangunan
sebelumnya yang terpampang lebih “wah”. Tiket masuk per-orang dikenakan
Rp.20.000; untuk motor Rp.5.000; biaya PMI Rp.5.000; (untuk biaya terakhir ini
aku tidak sempat melihat karcis. Kemarin aku bersama istriku dan satu motor
dikenakan biaya HTM sebesar Rp. 55.000;)
HTM terjangkau. |
Dari pintu utama, pemandangan masih
terasa biasa. Terlebih kami disuguhi jalan berupa susunan batu paving blok yang
ambles di beberapa lajur jalan. (permukaan tanah yang dekat dengan pantai tentu
mempunyai kandungan air lebih banyak. Lembek dan mudah ambles jika terkena
hujan sedikit saja.) Pengelola menyiasati dengan menutupi beberapa lembar baja
tebal. Selebar triplek. Parkir motor masih berupa tanah berkerikil. Untuk parkir
mobil lebih baik kondisinya.
Tempat parkir luas. Jangan khawatir kehabisan tempat. |
Kejutan itu datang setelah melewati
pos pemeriksaan karcis (Di sini diperiksa bawa makanan, Kamera digital, SLR
atau tidak. Karena untuk pemotretan prewedding
atau keperluan lain dikenakan biaya sendiri). Angin sejuk hadir membelah wajah. Udara segar
memompa paru-paru. Hamparan luas dedaunan. Hijau. Teduh. Indah. Suara burung
bersahut-sahutan. Terbang rendah saling berkejaran. Gemericik lembut air
digoyang angin. Ombak-ombak kecil.
Bergulung, pecah di tepian. Ikan-ikan berenang dalam barisan teratur.
Pemandangan itu nampak seperti sebuah harta terpendam, atau seperti istana yang
disembunyikan keberadaannya oleh pemiliknya.
Apakah ini benar-benar di Jakarta?
Aku meyakinkan diri untuk ke sekian kali. Tapi tidak dengan cara mencubit pipi
seperti dalam dongeng. Akal sehatku masih sedikit waras untuk sekadar
membedakan mimpi, imaji, dan hakiki. Konsep back
to nature kental sekali. Hampir seluruh bangunan, gazebo, bangku-bangku peristirahatan, tangga, jembatan terbuat dari
kayu dan papan-papan yang tersusun rapi. Paduan khas warna coklat, aroma rumah
kayu menghipnotis penghidu dan kepala. Deretan tetumbuhan kanan kiri sepanjang
area.
Kalau tersesat? Katakan, "Peta!" |
Denah rencana pembangunan TWA dan sekitarnya |
TWA menawarkan empat kategori wisata
1. Berkemah (Wisata Alam, Out Bond,
Pemotretan, Penelitian)
2. Penginapan (Pondok Alam, Berkemah
dengan pondok Permanen, Berkemah dengan tenda)
3. Wisata Air (Kano, Perahu, Speed boat)
4. Konservasi (Penanaman Mangrove,
Penanaman nostalgia) Untuk penanaman nostalgia ini mungkin dengan cara menanam
hidup-hidup mantan atau orang-orang yang menyebalkan dalam kehidupan anda
sebelumnya. :D. Hehe... (bercanda tauk... )
Sesaat setelah mengambil foto Bumil
di bawah payung-payung cantik. Aku berkeliling lokasi. Tujuan utamaku adalah
sebuah menara pengintai. Kuperkirakan setinggi tujuh meter. Aku naik sendiri.
Bumil kutinggal di bawah. Dia duduk di sebuah bangku panjang beratap jerami. Dari
atas aku mengamati rerimbun daun bakau menghampar seluas mata memandang. Gedung
megah Yayasan Budha Tzuchi, laut, juga crane-crane
dan gedung-gedung berwarna krem. Entah itu hotel, ruko atau apartemen.
Pulau-pulau itulah yang selama ini diperdebatkan di televisi. Jembatan-jembatan
putih melengkung, mobil, dan truk yang terlihat seperti semut bergerombol.
Pondok permanen diambil dari menara pengintai |
Panggung dilihat dari menara |
Hijau negeriku |
Bumil pose di depan pondok berada di atas air |
Banyak titik-titik yang menjanjikan
untuk berselfie ria. Luasnya area menjadikan kami berhenti beberapa kali.
Banyak gazebo di kiri kanan jalan. Sejuk dan rindang menjadi nilai tersendiri. Jika
ingin berwisata air, anda bisa menyewa speed boat atau kano yang tersedia.
Biaya sewa per orang Rp. 50.000;. Di sudut lain di sela-sela Mangrove anda bisa
menyaksikan banyak tanaman buah. Mulai dari jambu air, buah naga, pepaya, cabe,
tomat, mengkudu, pisang, juga aneka tumbuhan obat-obatan.
Metik sekilo juga lumayan. Hehe... |
Mengkudu alami. Yang ekstrak beli aja di apotek. ;D |
Beberapa bagian wisata masih dalam
tahap pengembangan. Taman Wisata Alam Angke, wisata hutan mangrove berpadu
dengan wisata pantai bisa anda jadikan tempat pilihan lain. Jika anda bosan
dengan wahana dan pantai Ancol, tak ada salahnya anda menunggu maghrib di sana.
Tips dan trik.
1. Jangan bawa masa lalu. Bawalah uang secukupnya
karena itu lebih berguna selama perjalanan. :D
2. Hindari membawa kamera digital, SLR,
drone atau kamera berresolusi tinggi. Ada tarif tersendiri jika anda ingin
melakukan foto untuk majalah atau prewedding.
3. Khusus jomblo. Bawalah selalu teman
(biar asik hidup lo. Karena wisata berjamaah itu lebih utama dari pada wisata
sendirian. :D)
Perahu aja berpasangan, masak kamu? |
4. (Untuk tips ini risiko ditanggung sendiri, ya... hehe...) Meski ada larangan membawa makanan,
saran aku pribadi, silakan bawa makanan karena kantin di dalam menunya cuma dua
macam. Untuk makanan berat, ada nasi goreng dan mie instan. Untuk cemilan dan
minuman pilihannya lebih banyak. Untuk buah sebenarnya banyak tanaman buah yang
ranum. Siap dipetik. Menggiurkan. Mengingat calon anak masa depan. Aku nggak
tega juga untuk memetik. Padahal ada jambu hijau yang siap panen. Untungnya
Bumil sudah dapat kiriman dari Istana Kunciran (Semoga Tuhan yang mengganjar kebaikan penghuninya dengan berkah berlimpah). Jadi niat untuk metik buah
dapat terhindarkan. Masak anakku mau dikasih dari buah yang haram. Ecie...
Haha... kok tiba-tiba jadi sok religius begini. Sayang sekali pohon yang
berbuah dibiarkan begitu saja. Berjatuhan. Sebagian pohon cabe malah buahnya
mengering di pohon. (Sayang sih sebenarnya. Mubazir. Katanya kesia-siaan itu
temannya setan. Iya, kamu. Yang baca tulisan ini. Wkwkwkw...).
Teh pucuk, Lays. Bayar biaya iklan yak. Haha.. |
5. Bawalah payung. Meskipun kanan kiri
rimbun. Untuk akses menuju beberapa titik agak panas. Terlebih untuk jembatan
atau arah pondok permanen yang di atas air.
6. Tolong buang sampah pada tempatnya.
Beberapa titik saya lihat tumpukan sampah berupa botol mineral.
7. Hati-hati dan waspada jika tiba-tiba
saja ada biawak melintas. Anggap saja hiburan tambahan.
Akses
Transportasi
Menuju
Halte Transjakarta Monas bisa via Transjakarta Blok M-Kota (Koridor 1) dan
Pluit-Tanjung Priok (Koridor 2)
Tarif
tambahan untuk BKTB Rp 3500 (jika turun di PIK), R 2500 (Jika turun sebelum
PIK), Rp 6000 (jika naik dari PIK di luar halte Transjakarta). Biasanya ongkos
tambahan diminta selepas Halte Transjakarta Bandengan.
Parkir
-Sepeda
motor: Rp 5000
-Mobil:
Rp 10.000
-Bus:
Rp 50.000
Biaya
Akomodasi
Tiket
masuk
-WNI:
Rp 25.000
-WNA:
Rp 125.000
Foto
prewedding Rp. 1.500.000; (tarif berlaku 1 April 2016)
Paket
wisata menanam mangrove Rp 150.000
Paket
menanam mangrove dengan papan nama instansi/ pribadi Rp 500.000
Sewa
perahu
-6
orang: Rp 300.000 per perahu
-8
orang: Rp 400.000 per perahu
Sewa
canoe/perahu dayung Rp 100.000 per 45 menit
Speed boat |
Nggak ada lo, nggak asik. |
Belajar nunggu momen. Eh, kelewat. Speed amunisinya terlambat |
Nikung, Pir... |
Kapan lagi ngerjain Bumil |
Ngerjain part 2 |
Jembatan gantung. Asala jangan cinta yang digantung. :P |
Arena bermain outbond anak. |
Biaya sewa dan penginapan
Rumah Tenda (Camping Ground) di
atas tanah: Rp 400.000/malam, max 2 orang
fasilitas : kamar mandi luar, max 2 orang, makan pagi
fasilitas : kamar mandi luar, max 2 orang, makan pagi
Rumah Tenda di atas air tanpa AC (Rp 550.000/malam max 2orang)
fasilitas : kamar mandi luar, makan pagi
Rumah Tenda di atas air dengan AC (Rp 700.000/malam max 2 orang)
fasilitas : kamar mandi luar, Makan pagi
Pondok Alam |
Villa Pondok Alam Rhizophora 1,2,3 (Rp.
1.400.000/ malam kapasitas 4 orang)
fasilitas : 2 kamar tidur, 1 kamar mandi shower, Ruangan Ac, Makan Pagi
fasilitas : 2 kamar tidur, 1 kamar mandi shower, Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Pondok Alam Avicennia (Rp. 1.600.000/ malam kapasitas 4
orang)
fasilitas : 2 kamar tidur, 1 kamar mandi shower, Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Pondok Alam Egreta 1,2,3 & 4 (Rp. 3.500.000/ malam kapasitas 6 orang)
fasilitas : 3 kamar tidur, 3 kamar mandi shower, Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Honeymoon Cottage (Rp. 5.500.000/ malam kapasitas 2 orang)
fasilitas : Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Pondok Alam Bertingkat Rhizophora 4 & 5 (Rp. 6.000.000/malam)
fasilitas : Ruangan Ac, Satu kamar diatas, meeting room dilantai bawah kapasitas 10-15 orang
Villa Pondok Alam Rhizophora 6&7 / Rumah Betang ( Rp. 7.000.000/malam kapasitas 20 orang)
fasilitas : 10 kamar, Ruang rapat dibawah, ruangan Ac
fasilitas : 2 kamar tidur, 1 kamar mandi shower, Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Pondok Alam Egreta 1,2,3 & 4 (Rp. 3.500.000/ malam kapasitas 6 orang)
fasilitas : 3 kamar tidur, 3 kamar mandi shower, Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Honeymoon Cottage (Rp. 5.500.000/ malam kapasitas 2 orang)
fasilitas : Ruangan Ac, Makan Pagi
Villa Pondok Alam Bertingkat Rhizophora 4 & 5 (Rp. 6.000.000/malam)
fasilitas : Ruangan Ac, Satu kamar diatas, meeting room dilantai bawah kapasitas 10-15 orang
Villa Pondok Alam Rhizophora 6&7 / Rumah Betang ( Rp. 7.000.000/malam kapasitas 20 orang)
fasilitas : 10 kamar, Ruang rapat dibawah, ruangan Ac
Sumber informasi tambahan mengenai
rute lewat transportasi umum dan biaya sewa saya dapatkan di website.
karena website resmi punya TWA
setelah aku akses domainnya dijual (mungkin tidak diperpanjang sewanya)
untuk informasi lebih lanjut tentang
penyewaan silakan hubungi sendiri nomer pengelola TWA di :
Kantor:
Jl. Loka Indah 4B, Warung Buncit,
Jakarta Selatan
Telp: 0811 – 804 – 579, 0815 – 8030 –
933
Fax: (021) 2903 – 3077
*. Mengenai biaya sewa silakan kroscek lagi ya. Sebagian aku hanya copy paste
untuk memudahkan perkiraan anggaran biaya (harga bisa naik-turun). Untuk kebenaran informasinya
silakan hubungi nomer yang tersedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar