Social Icons

Halaman

14 Mei 2016

Peristiwa Unik yang Sering Dialami Pengendara RX-King


 
Si Merah yang Gagah


Banyak hal yang membuat RX-King, motor pabrikan asal negeri Naruto ini menjadi legenda hingga saat ini. Meski dengan nilai minus yang sangat tak asing ditelinga kita; boros bensin. RX-King di kalangan pencintanya selayaknya seorang gadis cantik nan molek. Butuh biaya bedak dan lipstik. Meski begitu jangan sekali-kali meragukan penggemar motor ini. Silakan browsing sendiri, banyak sekali klub motor dari satu daerah ke daerah. Mulai dari sebatas klub kongkow-kongkow, ngopi bareng, hingga semacam paguyuban persaudaraan yang patut diacungi jempol semangat pasedulurannya. Kenapa King tetap menjadi legenda hingga saat ini tentu tak lepas dari model yang gahar, dinamis, serta elegan.
 
Tentu hal-hal ini akan akrab kita temui, terutama jika anda menjadikan RX-King sebagai pilihan berkendara.


1.      Dilepas berapa, Bang?

Awas, Pak. Depan ada lobang. :D


Kalimat itu menjadi top survey alias FAQ (Frequently Ask Question). Pertanyaan yang sering terlontar dari mulut siapa saja. Terutama tukang parkir, Pak Satpam, hingga orang asing yang kita temui di tikungan atau di pemberhentian lampu merah. Dan itu bukan sekali dua kali. Susah saya menghitungnya. Pernah sewaktu saya mengambil barang di daerah Rawamangun, sembari memarkirkan motor, Pak Satpam yang berprofesi sekaligus juru parkir setempat mengintervensi saya untuk menjualnya? Rayuan dilepaskan (dikiranya saya ini penyuka sesama jenis apa? Mempan rayuan gombal hehe...) Iya, mulai sok akrab dah. Tanya ini itu, tinggal di mana? Asli mana? Eh... endingnya motornya dijual berapa, Bang? Kalau sudah ditodong pertanyaan begini biasanya saya cuma bisa tersenyum, tersipu malu karena dirayu cowok :D. Kalau yang bersangkutan masih terus keukeuh, senjata terakhir saya adalah, “Maaf, Bang. Masih seneng pakainya.” Sudah dijawab begitu pun Sang Satpam yang merangkap juru parkir sekaligus merangkap freelancer marketting ini sempat-sempatnya ngasih nomer HP sewaktu saya pulang. Keren kan? Hanya orang Indonesia yang bisa merangkap pekerjaan dua, tiga sampai empat pekerjaan sekaligus.


2.      Dipepet sesama pemakai King.

Suatu hari, sehabis hujan. Masih rintik-rintik manja gitu suasananya, dari Lampu merah Matraman, tepatnya tembusan dari Jalan Tambak menuju Pulogadung, lampu merah yang lamanya naudzubillah itu. Saya merasa diikuti. Tiap kali saya ngegas kenceng, eh... dia mengejar, giliran saya santai dia jaga jarak. Kirain teh dianya lagi mau ngajakin balapan. Kalau bener mau ngajakin balapan tentu dengan senang hati saya jawab; “Iya?” (Bukan atuh, saya mah takut naik motor kenceng-kenceng. Hihihi...) Ya saya akan jawab, monggo silakan duluan, saya masih sayang nyawa. Nyali saya nggak segede punya situ. Tepat di pertigaan TU-Gas saya ambil kanan, masuk ke kawasan industri Pulogadung, selebihnya saya mengendarai dengan santai (emang takut kenceng sih) Eh, taunya di tikungan samping PGC ketemu abang-abangnya lagi, sambil senyam-senyum gitu, pas posisi agak macet, Si Doi bilang, “Bang kalau sudah bosen jual ke saya ya?” Yaelah... dikiranya dia mau nembak ane. Nah, kan ternyata diriku ke-GR-an.


3.      Dicurhatin.

Mungkin karena jaman sekarang orang lebih suka pakai sosial media ketimbang ngobrol tatap muka, maka tak jarang di tempat tempat tertentu, tempat yang memungkinkan ngobrol singkat disebabkan mengantre, bisa di klinik, ATM, kasir atau dipinggir jalan waktu nungguin temen, atau lagi-lagi pas ngobrol di tempat parkiran. Ngobrol face to face itu jadi indah rasanya.  Eh, tiba-tiba ada Bapak-bapak usia 45-an lebih, setelah ngobrol sana-sini, eh tiba-tiba tanpa diundang dia malah berbagi kisah. Tolong ya jangan salah baca berbagi K-I-S-A-H (bukan kasih) waktu mudanya.

“Dulu saya juga pakai King, Mas. Ya maklumlah, masih anak muda. Nggak bisa kontrol emosi. Diblayer sedikit langsung panasan. Nggak pakai lama langsung kejar. Sekali dua kali ya ada kalanya menang, kadang juga kalah settingan motor saya. Nah, yang membuat saya insyaf ketika sudah punya anak. Takut, kalau kenapa-kenapa. Lalu dari pada saya kenapa-kenapa, saya jual aja tuh motor. (Ya dari pada kenapa-kenapa, terus kenapa-kenapa lagi, mending kenapa-kenapa lagi, Bang. Ini ada lho orang yang dalam satu kalimat menggunakan kata kenapa-kenapa berulang-ulang, seperti Emaknya Kipli). Nah, tuh Gaes, kalau mau trek-trek an mending di sirkuit aja. Balapan resmi. Biar jelas gitu. 


4.      Memutar tuas bensin pada posisi res



Sebagai raja yang doyan minum bensin tentu tak mengherankan jika pemakai motor begal ini sering kehabisan bensin. Terutama bagi pengendara yang melepas indikator bensin. Masih baik jika ternyata jumlah minimum bensin cadangan sekitar satu liter. Cukuplah untuk mencari pom bensin terdekat. Kira-kira pernah nggak ngalamin pas bensin sudah di posisi res, eh ternyata nggak nemu-nemu pom bensin, dan akhirnya dorong tuh motor. Alamak... beratnya sih bisa ditanggung, tapi malunya ini... Kagak nahan, Tjoy...


5.      Disayang Polisi

Ampun Pak. :D


Sudah dapat dipastikan. Mesti plat nomer pajak masih panjang. Spion dan lampu sen komplit, lampu depan nyala pada siang hari, eh... masih aja dapat salam hormat dari pak Polisi.
“Selamat siang, Mas?”
“Siang, Pak.”
“Tahu kesalahannya apa?”
“Ndak, Pak.”
“Itu speedo meternya kemana?”
Waduh... Ini bapak Polisi matanya sudah kayak Superman aja dah. Pakai lihat Speedo meter segala. Kalau nggak ya karena knalpot bobokan. Pokoknya kalau pengin dapet salam cinta dari Pak Polisi, tunggangi dah King, jangan Honda Win 100. Kalau pakai yang saya sebut terakhir dijamin aman seratus persen.

Mungkin masih banyak kisah lain yang seru, Gan. Silakan berbagi pengalaman di komentar. nanti kalau senggang saya tambahkan kisah Agan ke dalam blog.

*. sumber gambar dari berbagai laman (saya lupa nyatet satu persatu, Gan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates