Bahagia itu
sederhana. Kita lah yang seringkali membuatnya rumit. Kita lah yang seringkali
mendefinisikan dengan hal-hal yang kadang tak terjangkau. Terlalu sering
mendongak ke atas. Silau dengan fatamorgana. Padahal seringkali kebahagiaan itu
begitu dekat sekali dengan kita.
Pun demikian
dengan hari ini. Saya dapat undangan lewat salah satu penyedia pesan gratis,
via internet. Diawali salam dan bla... bla... bla... panjang sekali. Yang
intinya mengundang kehadiran pada tanggal sekian, jam sekian dan bertempat di
gedung salah satu parpol peserta pemilu. Gedung itu terletak di daerah Jakarta
Utara.
Saya belajar
dari Kang Tep. “Yang kita omongkan harus kita ketahui. Tapi, tak semua yang
kita ketahui harus kita omongkan.” Pesan sama yang disampaikan guru saya,
beberapa minggu setelah lebaran tahun kemarin.
Asik juga. Memposisikan
diri sebagai orang yang pura-pura tidak tahu. Termasuk perihal undangan tadi
(jum’at kemarin, saya sudah dapat bocorannya). Itu adalah undangan dari seorang
kawan. Teman kuliah. Tapi, ini teman spesial. Sejak awal saya melihat hubungan
kami dekat sekali. Tapi, bukan relasi hubungan cinta lelaki-perempuan . Dia selalu
memanggil saya dengan “Kakak.” Pun juga dengan saya, saya menganggap dia adalah
adik saya. (Saya anak terakhir. Dan dari dulu selalu pengin punya adik
kandung).
Keluguannya
yang membuat saya selalu memposisikan sebagai seorang kakak. Saya dekat dengan
kedua orang tuanya. Terlebih ibunya. Ternyata Apink punya kakak kandung yang
jika masih hidup, usianya sepantaran dengan saya.
Adikku itu lebih
lugu dari Riri (Piss, Ri. :P). Dalam hal tertentu begitu rapuh. Dulu seringkali
saya marah padanya. Ketika dia jatuh hati pada seorang lelaki dalam satu kelas.
Saya cuma bilang, “Suatu hari kamu akan menyesal telah jatuh hati padanya.”
Dan akhirnya
begitulah saya juga yang mendengarkan keluh kesah, curhat, juga tangisnya. Saat
tiba waktunya ketika dia memahami kalimat saya itu.
“Masqu, gimana nich?”
Ya... gayanya memang seperti itu,
meski usianya sudah lebih dari dua puluh empat tahun.
“Cari saja yang pasti. Perempuan itu
berhak dipilih. Tapi, perempuanlah yang menentukan pilihan. Pria itu pantas atau
tidak. Jangan mau jadi obyek. Jadilah subyek.”
Obrolan di warung Padang itu
berlanjut. Lebih serius.
“Tanya dulu sama cowokmu sekarang.
Tanya komitmennya ke depan. Berapa lama lagi? Kalau nggak jelas, putusin saja.
Terima lamaran yang ini.”
Saya bukan seorang yang paham tentang
ilmu hadits dan ayat-ayat suci. Saya hanya seorang pedagang. Hadits yang masih
bisa saya ingat kontennya adalah sebuah hadits yang melarang membeli barang
yang sudah ditawar oleh orang lain.
Entah benar atau salah. Saya mengambil
hadits tersebut sebagai rujukan ‘ijtihad’ saya peribadi. Dalam persoalan adik
saya ini.
“Kamu kan punya hubungan sama
seseorang. Tanya dulu. Beri kesempatan dia untuk membuktikan cinta. Kalau nggak
berani. Ya... ambil saja kesempatan yang ada. Yang penting kamu tidak
menikamnya dari belakang. Kamu nggak menjalin hubungan di dalam hubungan.”
####
Beberapa
bulan yang lalu dia chatting dengan saya. Menceritakan kalau LDR-nya sudah
berakhir. Meski sebenarnya saya sudah tahu dari beberapa teman dekatnya.
“Do’ain ya... Masqu. moga ini jd pelabuhan trakhirqu.”
“Aamiin.”
Dia sempat
bilang kalau pernikahannya bulan Juni. Tapi, tidak mengatakan kalau ternyata
tahun ini. Saya juga sempat “surprise” ketika jum’at kemarin teman satu geng
dulu memberi tahu saya.
Dan terus begitu sampai sekarang. Saya
pura-pura kaget. Nggak percaya kalau dia menikah. Ketika dia bilang “Surpise...!”
Saya tetap pura-pura kaget. Pura-pura
belum tahu. Bahwa hari sabtu nanti dia akan menikah. Akhirnya adikku menikah
juga. Akhirnya berkurang satu pasienku. Pasien curhat.
Bahagia itu sederhana. Kita lah yang
seringkali membuatnya rumit. Kita lah yang seringkali mendefinisikan dengan
hal-hal yang kadang tak terjangkau. Terlalu sering mendongak ke atas. Silau dengan
fatamorgana. Padahal seringkali kebahagiaan itu begitu dekat sekali dengan kita.
Ssst... Ini rahasia kita ya... jangan
bilang-bilang sama adikku itu. Nanti dia bisa ngambek. Soalnya kalau sudah
ngambek, minta traktirnya yang aneh-aneh. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar