Cinta itu terkadang memang
membutakan. Setidaknya ada tingkatan di mana seseorang yang tampaknya cerdas
sekalipun bisa kehilangan nalar berpikirnya, apalagi bagi orang yang tak
cerdas. Bila rasa itu akhirnya hanya berlalu seperti sebuah “tos” tanpa lawan,
rasanya hambar sekali. Hanya beradu dengan udara. Apalagi jika yang
diidam-idamkan ternyata telah menaruh sekeping nama di dalam hatinya. Lalu dari
sanalah mucul apa yang dinamakan cemburu.
Karena cemburu, seseorang bisa
kehilangan nalar berpikirnya yang jernih. Dalam benak dan kepalanya selalu
terpikir cara untuk menjatuhkan lawan, apapun dan bagaimanapun bentuknya.
Seperti dongeng Kancil yang melempari seekor kera di atas pohon pisang. Tujuannya
adalah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Berharap kera itu terkena batu
dan pisang yang digenggamnya itu jatuh ke tanah. Sekali lempar, dua keuntungan
didapat.
Demikian pula cara-cara politik kotor
di negeri ini. Tak jauh beda. Ikut berkomentar dalam kasus yang lagi booming
demi menaikkan citra politiknya. Numpang nampang tenar. Huh... cemburu
sebenarnya butuh manajemen tersendiri agar tidak jatuh ke dalam kejahatan yang
terselubung dan terencana. Meskipun semuanya terlihat sangat tipis.
Kawan, lupakah kau kisah pembunuhan
manusia pertama kali di Bumi? Demi apa Qabil rela menikam Habil, yang serta
merta adalah saudaranya sendiri. Dan lupakah kau apa penyebab Setan terusir
dari Surga; Cemburu.
Ingatlah Rumi dalam syairnya, Iblis
hanya memandang bentuk luar dari Adam, seandainya dia mau menengok ke dalam
lumpur itu, niscaya ia akan menemukan jutaan taman dan keindahan di dalamnya.
hehehe suka ini, meski tetep ada unsur politiknya ;P, btw mas pernah nggak sih cemburu? hihihi *kabooorr
BalasHapus