Tak semua
orang bisa memasak. Tapi lumrahnya lidah yang sehat bisa mencecap mana makanan
yang enak, mana yang tidak. Tentu antara juru masak dan penikmat makanan punya
kedukukan yang berbeda dalam hal keahlian dan keilmuan. Sayangnya seringkali
kita tidak memposisikan diri sesuai takarannya. Penikmat seringkali berkomentar
sak penake dhewe, semaunya sendiri.
Sedang juru masak tak siap dengan komentar. Lalu sembari ndongkol dia menyerang balik, “emang Lu bisa masak?”
Di sinilah
awal mula semua pertengkaran dimulai. Jelas posisi mereka berbeda. Kalau tak
siap dikomentari, ya jangan jadi pemain. Kalau tak tahu kondisi lapangan, ya
jangan sok tahu, asal jeplak. Kalau kata Cak Lontong; MIKIR...!
Sebentar
lagi bulan Ramadhan datang. Time line Facebook dan Twitter masih terlihat
menyebalkan. Tadi pagi sambil menunggu HP dicharge karena kehabisan daya. Saya
terbang. Menaiki pikiran saya sendiri. Jauh melintasi batas zaman. Saya
kumpulkan kembali sepotong demi sepotong ayat atau hadits tentang ghibah dan
fitnah. Dalam hati saya tertawa cekikan di samping seorang kawan yang sedang
ngutak-atik laptop, entah membuat cerpen atau sedang membaca berita.
“Seandainya
besok itu Ramadhan datang. Maka yang berhak memasuki bulan yang suci itu tentu
orang-orang yang suci.”
Iya, saya
ngomong dengan diri saya sendiri. Ndremimil
sendirian.
“Maksudmu
gimana?”
“Ya, kamu
tahu sendiri ayat-ayat yang bicara tentang bahaya fitnah dan ghibah, seperti
memakan bangkai saudaranya sendiri, atau fitnah
lebih kejam dari pembunuhan.”
“Bentar...
bentar. Omonganmu ini mau mengarah ke mana, Bro? Kok aku nggak konek?”
“Wah,
kepalamu itu emang isinya goyang oplosan aja. Begini maksudku. Seandainya segala
pemberitaan tentang capres itu benar. Berarti selama ini kita ini sudah ghibah.
Ngomongin boroknya orang di depan semua orang. Ikut menyebar-nyebarkan aib yang
seharusnya kita tutupi demi kebaikan orang itu.”
“Trus...?”
“Nah, kalau
nyatanya segala macam berita itu ternyata salah. Itu kan namanya fitnah.
Dosannya tambah-tambah.”
“Wah, kamu
rupanya sudah jadi timses? Prabowo atau Jokowi?”
“Otakmu itu
isinya cuma dukung mendukung aja? Maksudku begini. Jika ternyata salah satu
dari kedua capres itu ternyata tak ada niat sedikit pun untuk mengungkapkan
kebobrokan lawannya (Jika yang punya ide nyebar-nyebarin ternyata tim
suksesnya). Alangkah indahnya cara Tuhan membersihkan Jokowi atau Prabowo.
Dengan adanya fitnah dan ghibah yang tersiar seantero jagat dunia maya itu,
maka gugurlah dosa-dosa mereka. Nah, justru sebenarnya mereka berdua lah yang
nyatanya dipersiapkan Tuhan untuk memasuki bulan Ramadhan. Disucikan dari segala
kotoran.”