Hidup itu
adalah pilihan. Kadang pilihan itu ada dan kadang harus kita ciptakan. Tapi tak
selamanya juga hidup itu semudah memilih pilihan ganda. Tak perlu belajar pun
kita tinggal mencontreng. Modal feeling, acak, modal kancing, atau sesekali
kalau kau mau curang boleh saja menyontek tetangga sebelah. Ya, tidak semua hal
gratis. Ada satu dua kesempatan kau harus membayarnya dengan cara yang lain. Mentraktir
makan misalnya. Sebatas ucapan terima kasih. Menurut saya itu masih dalam hal
wajar.
Seringkali
persoalan hidup itu datang berupa soal esay. Tidak ada kawan yang bisa kau
mintai contekan. Tidak ada buku diktat. Tidak ada feeling. Blank begitu saja. Lalu
apa yang mesti kau lakukan?
Jika
perjalanan hidup adalah perjalanan mencari jawaban atas semua
pertanyaan-pertanyaan. Maka, tak semua pertanyaan itu harus kau temukan
jawabannya saat itu juga. Seperti mengumpulkan kepingan puzzle. Hari ini kau
berhasil menyusun sedikit. Besok kau baru menemukan kepingan jawaban tersebut. Atau
bahkan, puzzle itu belum kau temukan jawabannya hingga hari ini. Adakah kau
mengalami hal seperti itu?
Kau cari
dari satu buku ke buku lainnya. Dari kitab suci agama satu ke agama lainnya. Dari
pemuka agama satu ke orang bijak lainnya. Masih belum ketemu juga? Jika belum?
terkadang persoalan itu bukan terletak pada masalah itu sendiri. Kadang pemahaman
tentang persoalan itulah yang membuat semua terlihat pelik.
Teruslah
berjalan. Teruslah mencari. Jangan pernah berhenti mencari. Pun jika sampai
batas waktu yang ditentukan kau tidak dapat menemukannya, semoga saja Tuhan
mencatatkan namamu sebagai prajurit yang mati dalam perang. Sebagai martir yang
sedang berjuang.
Jakarta, 04 May 2013
Damar Panuluh Jiwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar