Social Icons

Halaman

17 Apr 2013

Hajingan



Sekiranya nanti malam, atau sampai seminggu penuh saya jual diri, apakah uang yang saya kumpulkan cukup untuk membiayai kedua orang tua saya naik haji? Kok rasanya nelongso temen, kasihan sekali. Jika mengamati, dan juga mendengar dari beberapa teman, tentang berapa kocek yang harus keluar, rasanya kok jauh sekali antara impian dan kenyataan. Ternyata untuk urusan rukun yang terakhir butuh nominal angka yang tidak sedikit.

Harap dipermaklumi jika orang-orang seperti saya ini ngelanturnya nggak karuan. Melihat kuota dan antrian yang harus menunggu beberapa tahun, sepertinya hal itu adalah fenomena unik. Pengin ke rumah Tuhan ternyata susah sekali. Tapi tidak bagi, pejabat, artis, bahkan koruptor. Nggak apa-apa asal kantong tebal semua bisa lancar. Setidaknya gambaran utuh tentang materi itu cukup untuk mempengaruhi pola pikir orang seperti saya.

Saya “gumun keduwung,” kagum sekali melihat para-para wajah yang sering muncul di infotainment itu bolak-balik pergi umroh. Apakah saya kepingin? Tentu itu tak bisa dipungkiri. Tapi kalau melihat sosok yang tiap pagi ada di depan kaca, kok saya jadi malu sendiri. Wong subuh saja sering kesiangan, ngomongin kejelekan orang sudah menjadi kebiasaan, sholat malam apalagi? Babar blas, Nggak pernah.

Saya takut nanti kalau pas lempar jumroh, kerikil-kerikil itu malah berbalik mengenai muka saya. Dan dari balik awan terdengar suara,

“Sesama setan harap memaklumi satu sama lain.”

Ibadah haji itu adalah ibadah yang didatangi jutaan umat dari seluruh dunia. Mulai dari Benua Afrika, Amerika, Asia semua ada. Mulai dari profesi artis, petani, mentri, presiden, pejabat, sampai penjahat barangkali juga ada.

Alangkah takjubnya saya, jika di sela-sela ritual ibadah itu orang-orang saling berkumpul. Ilmuwan bertukar pengalaman tentang hasil riset terakhirnya. Presiden bertukar pengalaman tentang bagaimana mengatasi konflik politik dan tata kelola negara masing-masing. Pedagang bertemu dengan kelompoknya. Pedagang besar berbagi ilmu dan menajemen, mungkin sedikit-sedikit tentang trik-trik marketing yang canggih.

Fiuh, tiba-tiba saja kekaguman saya tercekat. Saya malah berpikir sebaliknya. Bahwa, selain berkumpulnya orang-orang baik, ibadah haji juga tempat berkumpulnya para artis, para penjahat, mavia, pengedar obat-obatan, mungkin malah simposium kejahatan terbesar dunia. Barangkali sepulangnya dari ibadah haji mereka menemukan jurus ampuh untuk mengelabui KPK. Cara yang canggih untuk korupsi tanpa diketahui setan, maupun malaikat. Heheh...

Saya terus ngalamun, jika saya malam nanti mulai jual diri, seminggu, sebulan atau setahun, apakah cukup untuk mengejar angka itu? Jika semua angka itu telah saya dapatkan dan tiba-tiba saya sudah berada di depan Ka’bah. Dengan uang hasil “limaha” (Halal, Haram, Hajar, Habis-Habisan) itu. Kemudian kaki saya langkahkan mengitari Ka’bah, Thowaf. Dari belakang datang setan mengejek saya.

“Kamu lagi ngapain, Nyet?”
“Aku ingin bertemu Tuhan.”
“Ngapain, kamu datang jauh-jauh?”
“Tuhan sedang tidak ada di rumah. Karena Dia tahu, kamu mau bertamu. Jadi Tuhan sengaja pergi dari sini.”

Lha dalah... Apes tenan.


Jakarta, 17 April 2013

Damar Panuluh Jiwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates